JAKARTA, KOMPAS.com - Penguasaan pasar ternyata tak selalu mencerminkan pemasukan yang sepadan dengan besarnya angka market share. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur Microsoft Indonesia Andreas Diantoro dalam acara peluncuran Microsoft Office 365 di Jakarta, Selasa (12/2/2012).
"Pangsa pasar software produktivitas Microsoft Office mencapai 97 persen di seluruh dunia, di Indonesia pun tak jauh dari angka itu. Tapi, dari jumlah tersebut, mungkin hanya 10 persennya yang membayar," ujar Andreas, mengutip data IDC per November 2012. Dia mengacu pada tingginya pembajakan yang menimpa aplikasi populer dari Microsoft itu.
Faktor harga ditengarai sebagai salah satu penyebab utama. Andreas mengatakan, harga kisaran Rp 2 juta yang dipatok Microsoft untuk paket Office dinilai terlalu tinggi oleh beberapa pihak.
"Nah, sekarang kami sediakan alternatif berupa Office 365 yang bukan hanya terjangkau, tapi juga datang dengan berbagai macam bonus seperti gratis telepon lewat Skype dan ruang penyimpanan SkyDrive," lanjut Andreas.
Office 365 adalah paket productivity suite berbasis cloud yang bisa digunakan dengan cara berlangganan. Untuk versi Home Premium yang ditujukan bagi konsumen umum, biayanya sebesar Rp 729.999 per tahun.
Lisensi aplikasi ini berlaku untuk lima perangkat dari berbagai macam jenis, termasuk PC desktop, notebook, tablet, dan smartphone berbasis Windows atau Mac OS.
"Dengan adanya paket Office 365, mudah-mudahan nanti bukan hanya 10 persen pengguna saja yang bayar (lisensi), tapi lebih dari itu," ujar Andreas.
Ditambahkan olehnya, Office 365 bukanlah pengganti seri Office "tradisional" yang kini sudah mencapai seri 2013, melainkan sebagai pelengkap atau alternatif bagi mereka yang membutuhkan.
"Untuk pengguna yang hanya butuh satu lisensi dan menggunakan satu perangkat saja, bisa pilih Office 2013 yang lisensinya berlaku selama-lamanya. Untuk yang punya banyak device, bisa pakai Office 365 dengan cara berlangganan."
Office 365 bisa dibeli melalui situs online Microsoft dengan memakai kartu kredit. Software ini juga dijual di toko-toko retail rekanan Microsoft untuk mengakomodir pengguna yang lebih suka berbelanja offline atau tidak memiliki kartu kredit. Andreas berharap bisa menyediakan Office 365 di 500 toko di Indonesia dalam jangka waktu 3 bulan ke depan.
Soal adopsi Office 365 yang berbasis cloud, Andreas menyatakan optimis. Pengguna komputer Indonesia, menurut dia, sudah familiar dengan layanan berbasis komputasi awan.
"Banyak yang sudah pakai. Sebagian tidak menyadari, padahal selama ini menggunakan cloud, misanya di jejaring sosial," pungkasnya.
Anda sedang membaca artikel tentang
Lewat Cloud, Microsoft Ingin Kikis Bajakan
Dengan url
http://healthynutritionofchildren.blogspot.com/2013/02/lewat-cloud-microsoft-ingin-kikis.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Lewat Cloud, Microsoft Ingin Kikis Bajakan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Lewat Cloud, Microsoft Ingin Kikis Bajakan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar