KUPANG, KOMPAS.com - Kasus pembunuhan terhadap Merry Grace alias Yosephine Keredok Payong tahun 2002, baru terungkap pertengahan Januari 2013. Selama 10 tahun, pelaku pembunuhan yakni Herman Jumat Masan alias Herder terus memainkan isu kepada orangtua korban bahwa Merry Grace masih hidup dan bekerja di Kalimantan.
Herder yang lulusan sarjana filsafat teologi itu berkenalan dengan Merry Grace sekitar tahun 1997. Keduanya kemudian bekerja di Desa Lela, Sikka, NTT. Mereka mengabdi di bidang kemanusiaan.
Simon Soge Ola (54) salah satu warga Adonara di Kupang, Selasa (5/2/2013) mengatakan, dari hubungan itu, Merry Grace hamil. Merry kemudian dikeluarkan dari tempat dimana ia bekerja.
Atas bantuan Herder, Merry kemudian masih diperkenankan bekerja sebagai relawan di tempat itu, dan tinggal di asrama yang berdekatan dengan tempat Herder bekerja. Bayi laki laki itu lahir malam hari, saat suasana liburan sekolah, di kamar Herder. Tidak seorang pun tahu proses kelahiran itu.
Selama hamil, Merry dilarang ke mana mana, dan perutnya diikat kencang. Herder pun berusaha menutupi perbuatannya kemudian mencekik bayi itu lalu menguburkannya disamping kamar tidur Herder. Di tempat penguburan bayi itu, ditanami bunga mawar. Di sekitar rumah itu memang terdapat jajaran taman bunga sehingga tidak ada yang curiga ada kuburan bayi di dalamnya.
Hubungan Herder dan Merry Grace masih berlangsung. Tahun 2002 Merry Grace hamil anak kedua. Herder minta digugurkan lagi. Proses pengguguran diusulkan di kamar Herder. Namun usulan itu ditolak Merry. Padahal, Herder telah membeli ferlak (terpal) pengalas kasur untuk proses pengguguran dan pendarahan tertampung di dalam plastik.
Dicekik
Terjadi pertengkaran antara Merry dan Herder. Merry menilai tindakan itu tidak dibenarkan. Herder harus bertanggung jawab karena sudah dua kali menghamili Merry. Herder pun emosi kemudian mencekik leher Merry yang tengah hamil, dengan usia kandungan sekitar 7 bulan. Pembunuhan ini terjadi pada hari libur, di mana para mahasiswa yang dibina Herder tengah libur.
Usai membunuh Merry, 2002 Herder menguburkan jenazah Merry bersama bayinya di lubang pembuangan sampah.Jenazah Merry dan bayinya dibungkus di dalam ferlak (plastik) kemudian dikuburkan.
Usai penguburan, Herder kemudian menulis surat ke orangtua Merry di Adonara. Isinya antara lain," Mama,,, tidak usah mencari saya karena saya pindah tugas di Jakarta. Nanti saya akan beritahu, tempat tinggal dan alamat baru saya, tertanda Merry Grace".
Namun selama itu, orangtua tidak pernah dapat kabar sama sekali. Mereka terus melakukan pencarian. Setiap dilakukan pencarian, tiba tiba ada kabar, Merry sudah pindah di Kalimantan, dan terakhir tahun 2010 tersiar kabar Merry berada di Bandung dan akan merayakan Natal di Adonara bersama orangtuanya.
Ternyata isu bohong itu sengaja dimainkan Herder untuk mengelabui kecurigaan orangtua. Herder kemudian pindah tugas dari Lela Kabupaten Sikka ke Hokeng, Kabupaten Flores Timur, menangani perusahaan milik Keuskupan Larantuka sekitar tahun 2006.
Namun Herder dinilai tidak jujur mengelola keuangan perusahaan. Ratusan juta rupiah uang milik Keuskupan Larantuka hilang. Herder lalu dipindahkan ke Kalikasa, Lembata. Namun ia menolak, kemudian mengundurkan diri sebagai anggota Keuskupan Larantuka.
Upacara adat
Namun selama itu, Herder juga telah membina hubungan khusus dengan seorang gadis di Maumere, Sofi. Ia berjanji menikahi Sofi setelah keduanya membangun rumah di kampung Herder di Lamahelan, Adonara. Rumah pun dibangun, 2010. Sofi berperan besar dalam proses pembangunan itu.
Tetapi orangtua Herder tak setuju dengan rencana perkawinan itu karena utang Herder sampai ratusan juta. Utang itu untuk kepentingan Herder selama kuliah sampai bekerja. Sofi pun pulang dari Adonara ke Maumere tahun 2010. Ia lalu menghubungi Herder, apakah hubungan mereka masih dilanjutkan atau tidak, ternyata Herder mengatakan tidak lagi.
Sofi marah kemudian melaporkan aib bejat Herder ke sejumlah pejabat keagamaan di Maumere tentang pembunuhan Herder terhadap Merry. Namun laporan itu tidak ditanggapi. Tahun 2011 saudara Merry bernama Pit Payong pulang tugas kemanusiaan dari Filipina dan bekerja di salah satu lembaga swasta di Maumere.
Sofi pun melaporkan kasus ini kepada Pit. Namun Pit tidak segera menindaklanjuti kasus ini. Ia minta orangtua adat di kampung Tanah Boleng membuat upacara adat, untuk memastikan apakah Merry sudah meninggal dunia atau belum.
Akhir tahun 2012 hasil upacara adat yang disebut "bau lolon" itu menunjukkan, Merry sudah meninggal. Orangtua Merry kemudian melapor ke polisi di Maumere.
Penggalian pun dilakukan atas petunjuk Sofi pada 27 Januari 2013. Herder berulang kali membawa Sofi berdoa di tempat tersebut, di mana Merry dan bayinya dikuburkan. Sesuai kesaksian Sofi, saat berdoa, Herder menyampaikan permohonan maaf berulang kali kepada Merry dan bayinya, di taman bunga itu.
Andai saja, Herder menikahi Sofi, maka kasus pembunuhan ini tidak akan terungkap. Sofi melaporkan kasus ini ke semua pihak termasuk keluarga Merry karena merasa dikhianati Herder.
Penggalian dilakukan Minggu 27 Januari 2013. Di tempat itu, ditemukan ferlak (plastik), rambut, tulang belulang, gigi dan cincin milik Merry. Kawat yang dipasang pada gigi Mery oleh seorang perawat gigi di Lela masih tampak utuh, cincin emas milik korban dengan tulisan "MG" masih ada. Orangtua korban saat ini sudah berada di Maumere.
Tes DNA sedang dilakukan di Denpasar namun sejumlah alat bukti sudah mengarah pada pelakunya, Herder. "Kami sudah tetapkan Herman Jumat Masan alias Herder sebagai tersangka. Alat bukti sudah kuat. Dia sudah mengakui perbuatannya," kata Kasat Reskrim Polres Sika AKP Achmad.
Anda sedang membaca artikel tentang
Setelah 10 Tahun, Pembunuhan Melly Grace Pun Terungkap
Dengan url
http://healthynutritionofchildren.blogspot.com/2013/02/setelah-10-tahun-pembunuhan-melly-grace.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Setelah 10 Tahun, Pembunuhan Melly Grace Pun Terungkap
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Setelah 10 Tahun, Pembunuhan Melly Grace Pun Terungkap
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar