Kenap Balita Tak Boleh Akrab dengan Gadget

Written By bopuluh on Rabu, 01 Mei 2013 | 00.27

KOMPAS.com - Fakta menunjukkan, penggunaan gadget secara berlebihan di usia dini berpotensi menimbulkan efek buruk. Belum lama ini, seorang anak perempuan di Inggris berusia 4 tahun harus menerima perawatan dari psikiater karena mengalami kecanduan Ipad. Bocah yang tidak disebutkan namanya ini pun tercatat menjadi pecandu Ipad termuda di Inggris.

Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gadget di usia yang terlalu dini tidak disarakan. Balita bahkan "dilarang" memiliki keterikatan dengan peralatan elektronik atau sejenisnya karena dikhawatirkan dapat memberi efek mengganggu proses tumbuh kembangnya secara alami.

"Harusnya pada usia balita anak terikat dengan orangtua atau lingkungan sekeliling sehingga bisa belajar. Keterikatan pada gadget akan membatasi kesempatan anak untuk belajar dan berkembang," kata dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K), dari Divisi Psikiater Anak dan Remaja Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM)  Jakarta.

Terbatasnya kesempatan untuk belajar, kata Tjhin, dikarenakan gadget hanya berkomunikasi satu arah, yakni merespon kemauan pengguna dalam hal ini balita.

Akibatnya, anak tidak dapat belajar secara alami bagaimana berkomunikasi dan sosialisasi. Anak juga tidak mampu mengenali dan berbagi aneka emosi, misal simpati, sedih, atau senang. Alhasil, menurut Tjhin, anak kurang mampu merespon apa yang terjadi di sekelilingnya baik secara emosi atau verbal. Terbatasnya respon anak akan mengganggu perkembangan kemampuannya untuk bergaul dan beradaptasi.

Kerugian lain dari keterikatan dengan gadget adalah gangguan pada kemampuan motorik kasar dan halus. Hal ini dikarenakan anak hanya melakukan sedikit gerakan untuk menggunakan gadget. "Paling hanya duduk atau menggerakkan jari. Padahal, kalau bermain di alam bebas semua anggota badan bergerak, termasuk koordinasi mata tangan untuk kematangan motorik halus," kata Tjhin.

Karena itulah, Tjhin menyarankan sedapat mungkin menghindari keterikatan balita dengan gadget. Namun bila keterikatan sudah terjadi orangtua diharapkan segera membawa ke psikiater atau psikolog terdekat.

Menurut Tjhin pertolongan yang diberikan sedini mungkin membantu mempercepat pemulihan pasien. Penderita gangguan keterikatan gadget pada usia balita lebih mudah ditolong daripada penderita usia dewasa. Hal ini dikarenakan cara pandang balita lebih mudah diubah daripada dewasa. "Sehingga balita lebih mudah menerima terapi dibandingkan dewasa," kata Tjhin.

Bentuk terapi yang diterima tiap pasien bisa jadi berbeda. Tjhin menerangkan biasanya pasien akan menerima terapi modifikasi perilaku. Namun sebelumnya harus diketahui bagaimana pola asuh dan kebiasaan anak.

Selama terapi perhatian anak akan dialihkan pada hal selain gadget. "Kita akan memperkenalkannya pada hal baru, atau sesuatu yang menarik perhatian di luar gadget. Karena itu harus diketahui bagaimana latar belakangnya," kata Tjhin

Keterikatan bukan ketergantungan

Tjhin menerangkan kasus anak suka bermain gadget lebih tepat disebut sebagai keterikatan dibanding ketergantungan. "Tumbuh kembang anak dan dewasa berbeda. Untuk anak lebih tepat disebut terikat karena tidak memenuhi kriteria diagnostik," kata Tjhin.

Kriteria diagnostik ini mencakup lamanya waktu bermain gadget. Balita biasanya tidak memainkan gadget lebih dari 5 jam. Hal ini berbeda pada orang dewasa yang bisa menghabiskan 24 jam dengan gadgetnya.

Walau demikian, keterikatan ini memunculkan efek psikologi yang merugikan. Tjhin mengatakan, anak akan merasa tidak nyaman tanpa gadget dan bisa "uring-uringan" sepanjang hari. Waktu yang dihabiskan juga semakin banyak demi menemukan rasa puas dan nyaman.

"Perlahan meningkat dari 1 jam, menjadi 4 jam, kemudian 5 jam. Hal ini disebut efek toleransi," kata Tjhin.

Timbulnya keterikatan menurut Tjhin dikarenakan pembiasaan yang terus dilakukan orangtua terhadap anak, terkait penggunaan gadget. Dalam hal ini orangtua mungkin sering menggunakan gadget dalam kesehariannya, misal mengalihkan perhatian anak ketika menangis.

"Anak itu sebetulnya mudah dikondisikan. Bila yang sering dihadapi gadget, tentu dia lebih terbiasa menghadapi perangkat teknologi tersebut," kata Tjhin.

Tjhin memperingatkan orangtua untuk sedapat mungkin mencegah keterikatan anak dengan gadget.  Orangtua perlu berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalkan penggunaan gadget, dan mengajak anak bermain. Berbagai stimulasi yang diberikan saat bermain akan berguna untuk tumbuh kembangnya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Kenap Balita Tak Boleh Akrab dengan Gadget

Dengan url

http://healthynutritionofchildren.blogspot.com/2013/05/kenap-balita-tak-boleh-akrab-dengan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kenap Balita Tak Boleh Akrab dengan Gadget

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kenap Balita Tak Boleh Akrab dengan Gadget

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger