JAKARTA, KOMPAS.com - Fiqri Adrianoor, bocah berusia empat tahun terbaring lumpuh di rumahnya di Desa Berangas, Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Di perutnya terdapat benjolan aneh sebesar kepalan tangan, dan dia tidak bisa berjalan.
Benjolan itu muncul setelah dua bulan menjalani operasi karena ususnya tersumbat makanan. Awalnya, pada 22 Juni 2010, Fiqri mengalami demam dan muntah-muntah. Sudah diobati secara tradisional, namun penyakitnya tak kunjung membaik. Akhirnya, keluarga membawa Fiqri ke salah satu RSUD di kota tersebut.
Muhammad Hafidz Salim, paman Fiqri, mengatakan keponakannya didiagnosa dokter menderita yakni ileus obstruksi (penyumbatan pada usus) dan invaginasi (bagian usus masuk ke dalam usus di bagian belakang). Namun setelah diinfus, perut Fiqri malah kembung. Akhirnya, pada 23 Juni 2010 diputuskan tindakan operasi.
Setelah operasi, Fiqri justru mengalami kejang. Selama tiga hari, kondisinya tidak stabil. Dia pun dimasukkan ke ruang ICU.
Melihat kondisi Fiqri, keluarga kemudian berinisiatif memindahkan bocah itu ke RSUD lainnya pada 26 Juni 2010. Apalagi, dokter yang menangani Fiqri pergia ke Australia. Selama di rumah sakit tempat dia dipindahkan, Fiqri hanya menjalani perawatan.
"Perawatan di RSUD Ulin maksimal, setelah kondisi agar baik, kira-kira hampir dua minggu ya (tidak ingat jelas-red). Keluar dari RS dan dibawa pulang ke rumah karena sudah sedikit normal," ujar Hafidz di Komnas Perlindungan Anak, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Namun, tak disangka, muncul benjolan yang saat itu masih berukuran sebesar kacang dari bekas jahitan operasi di RSUD pertama Fiqri masuk. Pihak keluarga pun membawa Fiqri untuk bertemu kembali dengan dokter JK yang menanganinya.
"Dokter menyarankan untuk menempelkan uang koin saja di benjolan sebesar kacangnya, lalu dia juga bilang, kalau perlu dioperasi saja lagi," ujar Hafidz.
Namun, keluarga memilih mengikuti saran dokter JK untuk menempelkan uang koin saja di benjolan tersebut dan tidak memilih opsi operasi kembali. "Benjolan itu muncul sekitar satu sampai dua bulan setelah operasi. Sekarang sebesar kepalan tangan," ujarnya.
Tiga tahun berlalu, benjolan di perut Fiqri semakin membesar. Pihak keluarga pun memilih untuk melakukan penanganan medis melalui terapi kepada Fiqri.
"Anak kami sekarang tidak bisa aktivitas, dia lumpuh total," katanya.
Keluarga pun berupaya mengadukan kasus ini ke anggota DPRD Kalimantan Selatan. Mereka disarankan melaporkan permasalahan itu ke Ombudsman RI Perwakilan Kalsel. Namun, pihak keluarga merasa tidak puas dengan hasil mediasi itu. Keluarga hanya ditawarkan Jaminan Kesehatan Provinsi dari hasil mediasi tersebut tanpa adanya klarifikasi mengenai kasus itu.
"Kita hanya berharap bisa ditangani secara gratis oleh Pemerintah. Kemudian untuk oknum dokter tersebut ada rasa hati-hati," harap Hafidz.
Ketua Komnas Anak Arist Merdeka Sirait mengatakan ada dugaan RSUD melakukan pelanggaran medis. "Diduga RS melakukan pelanggaran medis karena keluarga tidak pernah dapat catatan medis. Kenapa, karena hanya dijelaskan karena hernia. Hernia kan tidak terjadi pembekakan. Itupun penjelasan setelah sampai di Ombusmen," ujar Arist.
Keluarga korban berniat mengajukan persoalan itu Ke Konsil Kedokteran Indonesia untuk mendapatkan klarifikasi masalah itu. Jika terbukti ada pelanggaran etika kedokteran dan pelanggaran hukum, keluarga akan menempuh jalur hukum.
Editor : Ana Shofiana Syatiri
Anda sedang membaca artikel tentang
Pasca Operasi, Muncul Benjolan di Perut Bocah 4 Tahun Ini
Dengan url
http://healthynutritionofchildren.blogspot.com/2013/07/pasca-operasi-muncul-benjolan-di-perut.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Pasca Operasi, Muncul Benjolan di Perut Bocah 4 Tahun Ini
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Pasca Operasi, Muncul Benjolan di Perut Bocah 4 Tahun Ini
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar